Minggu, 23 Januari 2011

PENILAIAN PROSES BELAJAR -MENGAJAR

PENILAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

A. Latar Belakang

Salah satu upaya dalam meningkatkan kwalitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian, Sistem penilaian ini sangat berguna bagi kualitas hasil lulusan. Dari itu maka seorang pendidik harus mengetahui criteria dan jenis-jenis penilian yang akan digunakan.

Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Pendidikan tidak berorientasi kepada hasil semata, tetapi juga kepada proses. Oleh sebab itu penilaian terhadap hasil belajar hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang dan, kalau dapat, dilaksanakan secara simultan. Penilaian terhadap hasil belajar semata-mata , tanpa melalui proses, cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan. Padahal tidak mustahil kegagalan siswa tersebut disbabkan oleh lemahnya proses belajar mengajar dimana guru merupakan penanggung jawabnya. Dilain pihak, pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Setidak-tidaknya, apa yag dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajarnya.

Hasil belajar ang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut :

a) Kepuasan dan kebangaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrisik pada diri siswa. Motivasi intrisik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya. Sebaliknya hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk meningkatkan, setidak-tidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapai.

b) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya . Ia juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai apabila ia berusaha sesuai dengan kesangupanya.

c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lain, kemampuan dan kemauan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh ( komprehensif ), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan ; ranah afektif atau sikap,dan apresiasi; serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil belajar yang diperolehnya sdangkan ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya. Baik efek instruksional maupun efek nurturant atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran.

e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapai maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia tahu dan sadar bahwa tinggi rendah hasil belajar yang dicapainya tergantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.

Oleh sebab itu , penilaian terhadap proses belajar mengajar tidak hanya bermanfaat bagi guru, tetapi juga bagi siswa yang pada saatnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya.

B. Tujuan dan dimensi penilaian proses belajar-mengajar

Penilaian terhadap proses belajar-mengajarbertujuan agak berbeda dengan tujuan penilaian hasil belajar. Apabila penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan tujuan pengajaran (instruksional) oleh para siswa, maka tujuan penilaian proses belajar-mengajar lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar- mengajar itu sendiri, terutama efesiensi keefektifan-produktifitasnya. Beberapa diantaranya adalah :

a) Efesiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional.

b) Keefektifan dan relefansi bahan pengajaran.

c) Produktifitas kegiatan belajar-mengajar.

d) Keefektifan sumber dan sarana pengajaran .

e) Keefektifan penilaian hasil dan proses belajar

Sejalan dengan tujuan tersebut, dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenan dengan komonen-komponen yang membentuk proses belajar-mengajar dan keterkaitan atau hubungan diantara komponen-komponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai dimensi penilaian proses belajar-mengajar setidak tidaknya mencakup :

1. Tujuan pengajaran atau instruksional

2. Bahan pengajaran

3. Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya.

4. Kondisi guru dan kegiatan belajarnya.

5. Alat dan sumber belajar yang digunakan.

6. Tehnik dan cara pelaksanaan penilaianya.

Aspek aspek yang dinilai dari komponen-komponen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

Komponen tujuan isntruksional yang meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas yang terkandung didalamnya, rumusan tujuan , kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah dan waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, keterlaksanaan dalam pengajaran.

Komponen bahan pengajaran yang meliputi ruang lingkupnya , kesesuaian dngan tujuan, tingkat kesulitan bahan kemudahan memperoleh dan mempelajarinya , daya gunanya bagi siswa , keterlaksanaan sesuai dengan waktu yang tersedia , sumber-sumber untuk mempelajarinya , cara mempelajarinya , kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan kebutuhan siswa , prasyarat mempelajarinya.

Komponen siswa yang meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi, sikap, cara belajar yang dimiliki, hubungan sosialisasi dengan teman sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, indetitas siswa dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.

Komponen guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar , sikap keguruan, pengalaman engajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan profesinya , keterampilan berkomunikasi, kepribadian , kemampuan dan kemauaan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan rekan sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain yang diperlukan.

Komponen alat dan sumber belajar yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna, kemudahan pengadaanya, kelengkapannya, maanfaatnya bagi siswa dan guru, cara pengunaanya. Dalam alat dan sumber belajar ini termasuk alat peraga, buku sumber, laboratorium dan perlengkapan belajar lainya.

Komponen penilaian yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan , isi dan rumusan pertayaan, pemeriksaan dan interprestasinya, sistem penilaian yang digunakan , pelaksanaan penilaian , tindak lanjut hasil penilaian , pemanfaatan hasil penilaian , administrasi penilaian , tingkat kesulitan soal, validitas dan reliabilitas soal penilaian, daya pembeda, frekuensi penilaian dan perencanaan penilaian.

Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu sama lainya dan membentuk suatu sistem. Sebagai sistem sudah barang tentu setiap komponen memberikan iuran atau sumbangan bagi keberhasilan pengajaran sesuai dengan fungsi masing-masing. Tujuan pengajaran berfungsi dalam menentukan arah kegiatan pengajaran sehinga dapat dijadkan suatu patokan atau suatu kriteria dalam menetukan keberhasilan pengajaran. Bahan pengajaran berfungsi memberi isi dan warna terhadap tujuan pengajaran serta memberi petunjuk apa yang harus dilakukan oleh guru dan siswa. Siswa dan kegiatanya merupakan subject sekaligus objek dalam pengajaran. Guru dan kegiatannya sebagai arsitek dan sutradara sekaligus pelaku dalam pengajaran. Dengan demikian,siswa dan guru menjadi prasyarat terjadinya proses pengajaran. Alat dan sumber pengajaran berfungsi sebagai penunjang dan daya dukung terjadinya keefektifan proses pengajaran sehinga dapat mempermudah siswa belajar dan guru mengajar. Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui efektif atau tidaknya pengajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekaligus berfungsi sebagai baha dalam memperbaiki tindakanpengajaran selanjutnya.

Oleh sebab itu, Penilaian setiap komponen bukan hanya keberadaannya, tetapi juga keterkaitan aspek-aspek yang ada pada setiap komponen dan keterkaitannya antar komponen itu sendiri. Sebagai contoh, menilai aspek-aspek yang terdapat dalam komponen guru harus dilihat hubunganya dengan komponen siswa, bahan, dan tujuan pengajaran. Demikian pula menilai komponen penilaian tidak terpisahkan dari komponen tujuan , bahan, siswa dan guru.

Penilaian terhadap proses belajar mengajar menjadi tugas dan tanggung jawab guru, kepala sekolah, dan para pengawas dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kegiatan belajar-mengajar, sekaligus dalam hubungannya dengan pembinaan para guru.

C. Kriteria dalam menilai proses belajar-mengajar

Setelah menentukan dimensi-dimensi penilaian proses, tahap berikutnya adalah menentukan kriteria, patokan, atau ukuran dalam penilaianproses belajar mengajar. Kriteria ini penting sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar-mengajar. Telah dijelaskan bahwa secara mum keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari efesiensi, keefektifan, relevansi, dan produktifitasproses belajar-mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.

· Efesiensi berkenaan dengan pengorbanan yang relatif kecil untuk memperoleh hasil yang optimal.

· Keefektifan berkenaan dengan jalan, upaya , tehnik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat.

· Relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara apa yang dilaksanakan dengan apa yang seharusnya dilaksanakan.

· Produktivitas berkenaan dengan pencapaian hasil, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain adalah sebagai berikut :

a. Konsistensi kegiatan belajarmengajar dengan kurikulum

Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajaar mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek:

- Tujuan-tujuan pengajaran

- Bahan pengajaran yang diberikan

- Jenis kegiatan yang dilaksanakan

- Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan

- Peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan

- Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

b. Ketelaksanaanya oleh guru

Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana harusnya. Keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal :

- Mengkondisikan kegiatan belajar siswa

- Menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar

- Waktu yang disediakan untuk kegiatan belajar mengajar

- Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa

- Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa

- Menggeneralisasikan hasil belajar-mengajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar berikutnya.

c. Keterlaksanaanya oleh siswa

Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Keterlaksanaan oleh siswa dapat dilihat dalam hal :

- Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru

- Semua siswa turut serta dalam kegiatan belajar

- Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya

- Memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan oleh guru

- Menguasai tujuan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru

d. Motivasi belajar siswa

Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar . dalam hal :

- Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran

- Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya

- Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya

- Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru

- Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan

e. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar

Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar , keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal :

- Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

- Terlibat dalam pemecahan masalah

- Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi

- Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

- Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

- Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

- Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis

- Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

f. Interaksi guru siswa

Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubugan timbal balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru dan atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat :

- Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa

- Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual mupun secara kelompok

- Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar

- Senangtiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar

- Tampilnya guru sebagai pemberi jalan eluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya

- Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

g. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar

Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain :

- Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa

- Terampil berkomunikasi dengan siswa

- Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas

- Terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar

- Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan

h. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa

Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain :

- Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

- Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa

- Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah intrusional yang harus dicapai

- Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.

Kriteria yang telah dijelaskan paling tidak dapat dijadikan pegangan oleh para penilai proses belajar mengajar agar supaya memperbaiki proses belajar mengajar dapat ditentukan ebih lanjut. Dari kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian mana yang telah dicapai untuk kemudian dilakukan tindakan upaya memperbaikinya.

Sekalipun kriteria tersebut masih umum sifatnya, para penilaian dapat dengan mudah mengembangkan dan menjabarkannya lebih lanjut sesuai dngan bidang studi atau diajarkanya. Hal ini penting mengingat setiap mata pelajaran yang diberikan atau diajarkanya. Hal ini penting mengingat setiap mata pelajaran atau bidang studi memiliki beberapa karekteristik tertentu, baik dalam hal tujuan , bahan, metode mempelajarinya, maupun sistem penilaianya.

D. Sumber data dan tehnik pengumpulannya

Penilaian terhadap aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar, memerlukan sumber informasi atau sumber data dari berbagai pihak, terutama dari yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar. Sumber data yang diperlukan pada umumnya berasal dari tiga kelompok yakini :

a. Tenaga kependidikan, terutama guru, walikelas, tenaga pembimbing dan kepala sekolah.

b. Siswa itu sendiri

c. Para orang tua siswa

I. Tenaga kependidikan

Informasi dari guru terutama berkenaan dengan program pendidikan sebagai sumber kegiatan belajar mengajar, komponen bahan pengaharan, karakteristik siswa dan kegiatan belajarnya, alat dan perlengkapan belajarnya, interaksi guru siswa, kemampuan profesional guru itu sendiri, sistem penilaian yang digunakan, hambatan dan kesulitan yang dihadapi guru dan siswa dalam menghadapi proses belajar mengajar. Informasi dari walikelas dan guru pembimbing berkenaan dengan karekteristik siswa, masalah yang dihadapi siswa, prestasi dan perkembangan siswa dalam kegiatan belajarnya , karekteristik orang tuanya, dll. Informasi dari kepala sekolah berkenaan dengan kualifikasi dan kompetesi para guru, program pendidikan, sarana belajar, alat dan perlengkapan belajar, sistem penilaian, disiplin, peraturan atau tata tertib sekoalh, kegiatan ekstrakurikuler, kemajuan belajarsiswa secara umum, dll.

II. Informasi dari siswa

Informasi dari siswa dari siswa terutama berkenaan dengan keadaan dan karekteristik siswa itu sendiri, pandangan siswa mengenai bahan pengajaran serta alat dan perlengkapan belajar, pandangan siswa mengenai cara belajar disekolah, pandangan siswa mengenai penilaian hasil belajar, kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar, sikap gur dalam mengajar, pelayan dari guru dan sekolah yang diterima siswa pada umumnya, dan hasil belajar yang dicapainya.

III. Informasi dari orang tua siswa

Informasi dari orang tua atau masyarakat pemakai lulusan berkenaan dengan motivasi belajar siswa dirumahnya , cara belajar siswa, masalah yang dihadapi siswa, bantuan dan bimbingan yang diberikan orang tua dirumahnya, fasilitas belajar yang diberikan orang tua dirumahnya, aktivitas siswa dimasyarakat, dll.

Ketiga kelompok sumber informasi tersebut sangat perlu dibutuhkan untuk menjamin objetivitas penilaian. Sebagai contoh, penilaian kemampuan guru mengajar tidak hanya diperoleh dari kepala sekolah juga dapat diminta dari siswa. Demikian juga penilaian terhadap cara belajar siswa tidak cukup dari informasi dari guru, tetapi juga dari para orang tuanya. Dengan demikian data dan informasi bisa saling mengisi dan mmelengkapi. Persoalanya adalah bagaimana data itu bisa diperoleh.

Ada beberapa tehnik untuk memperoleh data dan informasi mengenai proses belajar-mengajar , yakni antara lain :

- Kusioner dan wawancara, pengajuan secara tertulis ( kusioner) atau secara lisan (wawancara) kepada sumber data mengenai informasi yang diperlukan . Misalnya kepada siswa atau guru diminta pandanganya tentang kurikulum, penilaian, alat dan perlengkapan belajar.

- Observasi atau pengamatan, yakini melihat Langsung peristiwa , kejadian, dan perilaku guru atau siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

- Skala, baik skala penilaian ataupun skala sikap yang ditunjukan kepada guru ataupun siswa berkenaan dngan proses belajar mengajar.

- Studi kasus, yakni mempelajari secara mendalam perilaku dan perkembangan siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar, kesulitan menyesuaikan diri, kegagalan belajar, dll. Kasus yang dialami siswa khususnya yang dialami dalam kegiatan belajar mengajar.

- Sosiometri, yakni alat atau teknik untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial para siswa didalam kelas.

Kusioner dan wawancara sebagai alat penilaian proses belajar-mengajar tepat digunakan apabila ingin memperoleh informasi tentang pendapat atau dan pandangan berbagai pihak ( guru, siswa, orang tua ) mengenai komponn komponen yang berkenaan dengan proses belajar mengajar. Pendapat dan pandangan tersebut bisa berupa penilaian, saran atau usuldan permasalahan sehingga dapat dijadikan bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan pengajaran.

Penilaian proses belajar mengajar melalui kusioner dan wawancara yang paling baik dilakukan kepada siswa setelah proses belajar mengajar usai . siswa diminta pendapatnya tentang kemampuan guru mengajar, bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, alat bantu pengajaran , kegiatan belajarnya, cara guru menilai, dan pemahaman mengenai bahan yang diajarkan guru. Kusioner dibuat dan disiapkan oleh guru.

Penilaian proses belajar mengajar yang dapat mengungkapketerlaksanaan kegiatan blajar mengajar, baik oleh guru maupun oleh siswa, adalah melalui observasi proses belajar mengajar. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh petugas khusus ( guru, walikelas, kepala sekolah, dll ) dengan cara pengamatan dan pencatatan segala kejadian,peristiwa, perilaku, yang tampak dalam proses jalannya kegiatan belajar-mengajar. Hasil-hasil observasi kemudian dibicarakan oleh guru yang diobservasikan agar diketahui kekurangan dan kelebihan sebagai bahanperbaikan dan penyempurnaan mengajar selanjutnya. Kelebihan observasi dari wawancara atau kusioner adalah dalam hal keaslian data (informasi) karena merupakan data primer yang diperoleh secara langsungdari pelaku yang diobservasi. Oleh sebab itu observasi sebagai alat penilaian lainya. Skala penilaian dan skala sikap penggunaanya hampir sama dengan kusioner , yaitu berupa pertayaan yang harus dijawab secara tertulis.

Alat-alat penilaian tersebut termasuk kategori bukan tes atau non tes. Kelebihanya ialah tidak hanya dapat digunakan untuk menilai hasil belajar.

Penutup

Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajar

Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan pengajaran.

Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar seperti tuju mengajaran pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar, kegiatan mengajar guru, dan penilaian . kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain ialah konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum, keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaanya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil belajarsiswa. Sumber data dalam penilaian tersebut adalah guru, siswa, tenaga kependidikan lainya, dan juga orang tua siswa. Penilaianya mengunakan alat-alat bukan tes seperti kuisioner, wawancara, observasi skala penilaian, dan sosiometri.

Daftar Pustaka

- Sudjana, Nana. (1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

- Arikunto, Suharsimi.(2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar