Senin, 24 Januari 2011

Pelaksanaan Metode dan Tehnik Supervisi Akademik

1. Pelaksanaan Metode dan Tehnik Supervisi Akademik

Supervisi akademik ditujukan untuk membantu guru meningkatkan pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan belajar siswa. Sesuai dengan tujuannya tersebut maka istilahyang sering digunakan adalah supervisi pengajaran (instructional

supervision).

Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan

pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual

dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat kekuatan dan

kelamahan.

Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembi-

naan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kuriku- lum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, danteknik supervisi kelompok.

Tugas pengawas satuan pendidiakan ketika melaksanakan tugas pengawasaannya, haruslah memahami metode dan teknik supervisi akademik agar kegiatan supervise dapat dilaksanakan dengan baik dan hasil pembinaanya mencapai tujuan pembinaan. Ada beberapa metode dan teknik supervise yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok.

1.1 Teknik Supervisi Individual

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor atau pengawas hany berhadapan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri sendiri.

1.1.1 Kunjungan Kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan Pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan kelas ini adalah untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah guru di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, pengawas akan membantu permasalahan yang dialaminya.kunjungan kelas dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa oemberitahuan terlebih dahulu, dan bias juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.

Dalam melaksanakan kunjungan kelas, terdapat empat tahap, yaitu

1) Tahap persiapan, Pada tahap ini, pengawas merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.

2) Tahap pengamatan, yaitu mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.

3) Tahap akhir kunjungan, pada tahap akhir ini pengawas bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, setelah itu dilakukan tindak lanjut.

Ada beberapa criteria kunjungan kelas yang baik, yaitu;

1) Memiliki tujuan-tujuan tertentu.

2) Mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru.

3) Menggunakan instrument observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif.

4) Terjadi interaksi antara Pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian.

5) Pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar.

6) Pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

1.1.2 Observasi Kelas

Observasi kelas secara sederhana dapat diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang tampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum yang diamati selama proses pembelajaran adalah:

1) Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.

2) Cara penggunaan media pengajaran.

3) Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.

4) Keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.

Dalam pelaksanaan observasi kelas dilakukan beberapa tahap, yaitu:

1) Persiapan observasi kelas.

2) Pelaksanaan observasi kelas.

3) Penutupan pelaksanaan observasi kelas.

4) Penilaian hasil observasi.

5) Tindak lanjut.

Ketika supervisor/pengawas melaksanakan observasi kelas, sebaiknya menggunakan instrument observasi tertentu, antara lain evaluative check-list, activity check-list.

1.1.3 Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara Pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan professional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan masalah yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.

1.1.4 Kunjungan Antar Kelas

Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Kegiatan ini dilakukan guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Melalui kunjungan antarkelas ini diharapkan guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan sebagainya. Agar kunjungan antarkelas ini dapat berhasil dengan baik dan bermanfaat, maka harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain:

1) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Diupayakan agar mencari guru yang berpengalaman sehingga mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.

2) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.

3) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.

4) Supervisor/pengawas hendaknya mengikuti acara ini denbgan cermat. Amatilah apa-apa yang ditampilakn secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.

5) Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Missal, dengan percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.

6) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, yaitu dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.

7) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

2.1.5 Menilai diri Sendiri

Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metode pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Dengan demikian guru akan terdorong untuk mengembangkan diri secara professional.

Ada beberapa cara/alat untuk menilai diri sendiri yaitu:

1) Buat suatu pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas (buat dalam bentuk pertanyaan bias pertanyaan tertutup atau terbuka dan tidak perlu menyebut nama).

2) Menganalisis tes-tes terhadap unit kerja.

3) Mencatat murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.

1.2 Teknik Supervisi Kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi.

Teknik supervisi kelompok ada beberapa diantaranya adalah:

1) Kepanitiaan-kepanitiaan

2) Kerja kelompok

3) Laboratorium kurikulum

4) Baca terpimpin

5) Demonstrasi pembelajaran

6) Darmawisata

7) Kuliah/studi

8) Diskusi panel

9) Perpustakaan jabatan

10) Organisasi professional

11) Bulletin supervisi

12) Pertemuan guru.

13) Lokakarya atau konferensi kelompok.

2.3 Langkah-langkah pembinaan kemampuan Guru ( Individu )

Ada beberapa langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi akademik, yaitu:

(1) menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis;

(2) analisis kebutuhan;

(3) mengembangkan strategi dan media;

4) menilai, dan

(5) revisi.

2.3.1 Menciptakan Hubungan yang Harmonis

Langkah pertama dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan guru, serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Dalam upaya melaksanakan supervisi akademik diperlukan kejelasan informasi antar personil yang terkait. Tanpa adanya kejelasan, maka guru akan bingung, tidak tahu apa yang diharapkan oleh kepala sekolah, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap pembinaan keterampilan pembelajaran melalui supervisi akademik. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi guru yang baik dan kurang terampil dala mengajar.

Untuk mewujudkan penciptaan hubungan yang harmonis diperlukan komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi yang efektif memiliki sejumlah prinsip yang harus diterapkan oleh kepala sekolah, yaitu:

1)Berbicara sebijaksana dan sebaik mungkin.

2) Ikutilah pembicaraan orang lain secara seksama.

3) Ciptakan hubungan interpersonal antar personil.

4) Berpikirlah sebelum berbicara.

5) Ikutilah norma-norma yang berlaku pada latar sekolah.

6) Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain.

7) Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri.

8) Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu.

9) Persingkat pembicaraan.

10)Ciptakan ketindaksanggupan

11) Bersemangatlah.

12) Raihlah sikap orang lain untuk membantu program.

13) Berkomunikasilah dengan “eye communication”.

14) Selalu mencoba.

15) Jadilah pendengar yang baik.

16) Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi.

2.3.2 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan sebagai langkah kedua dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru. Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan dan secara nyata dimiliki. Dalam rangka memenuhi prinsip ini diperlukan analisis kebutuhan tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui supervisi pengajaran. Untuk melaksanakan kegiatan ini menggunakan langkah-langkah menganalisis kebutuhan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pendidikan-perbedaan (gap) apa saja yang ada antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang nyata dimiliki guru dan yang seharusnya dimiliki guru? Perbedaan di kelompok, disintesiskan dan diklarifikasi.

2) Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.

3) Menetapkan tujuan umum jangka pangjang.

4) Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan fase ini, seperti keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media.

5) Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti; mengundang konsultan dari luar sekolah, wawancara, dan kuesioner.

6) Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusu pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Pergunakanlah kata-kata perilau atau performasi.

7) Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran guru yang bias dibina melalui teknik dan media selain pendidikan.

8) Mencatat dan member kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-cara lainnya.

2.3.3 Pelaksanaan Supervisi Akademik

Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pengajaran berdasarkan

kebutuhan-kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis kebutuhan di atas, kepala sekolah menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentukbentuk

teknik dan media supervisi akademik yang akan digunakan. Menurut Gwynn (1961), teknik-teknik supervisi bila dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.

Tujuan pengembangan strategi dan media supervisi akademik ini adalah

sebagai berikut.

1) Mendaftar pembinaan-pembinaan keterampilan pengajaran yang akan

dilakukan dengan menggunakan teknik supervisi individual.

2) Mendaftar pembinaan keterampilan pengajaran yang akan dilakukan

melalui teknik supervisi kelompok.

3) Mendaftar mengidentifikasi dan memilih teknik dan media supervisi

yang siap digunakan untuk membina keterampilan pengajaran guru

yang diperlukan.

Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik,

mulailah dilakukan pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan

menggunakan teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan.

Mengenai teknik-teknik supervisi, baik yang individual maupun kelompok.

2.3.4 Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik

Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat

keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik, penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran adalah untuk:

(1) menentukan apakahpengajar (guru) telah mencapai kriteria pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan, dan

(2) untuk menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan berikutnya. Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan program penilaian adalah bahwa penilaian harus mengukur performansi atau perilaku yang dispesifikasi pada tujuan supervisi akademik guru. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1) Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian.

2) Tulislah masing-masing tujuan.

3) Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen pengukuran yang

secara efektif bisa menilai hasil yang telah dispesifikasi.

4) Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya.

5) Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya.

2.3.5 Perbaikan Program Supervisi Akademik

Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan pengajaran

guru adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya,

sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya

sebagai berikut.

a. Me-review rangkuman hasil penilaian.

b. Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru

tidak dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap

pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan

pembinaan.

c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapaim maka mulailah

merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa

berikutnya.

d. Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang

kembali pada masa berikutnya.

2.3.6 Media, Sarana, dan Sumber

Dalam setiap pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik supervisi akademik tertentu diperlukan media, sarana, maupun sumber-sumber tertentu. Apabila digunakan teknik buletin supervisi

dalam membina keterampilan pembelajaran guru, maka diperlukan buletin sebagai media atau sumbernya. Apabila digunakan teknik darmawisata dan membina guru maka diperlukan tempat tertentu sebagai sumber belajarnya.

Apabila digunakan perpustakaan jabatan sebagai pusat pembinaan keterampilan pembelajaran guru maka diperlukan buku-buku, ruang khusus, dan sarana khusus, sebagai sarana dan sumber belajar. Demikianlah seterusnya untuk teknik-teknik supervisi akademik lainnya, semuanya memerlukan media, sarana, dan sumber sebagai penunjang pelaksanaannya.

2.3.7 Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru

Esensial supervisi akademik itu sama sekali bukan mengukur unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan bagaimana membantu guru mengembangkankemampuan profesionalnya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dalam proses supervisi pembelajaran (Sergiovanni, 1987). Prinsip dasar ini tampak jelas sekali pada langkah-langkah pembinaan keterampilan

pembelajaran guru. Menurut Marks, Stoops dan Stoops, sebagaimana telah dibahas di muka, di mana salah satu langkahnya berupa analisis kebutuhan.

Esensial langkah atau fase analisis kebutuhan ini adalah mengukur pengetahuan dan kemampuan untuk menentukan pengetahuan dan kemampuan mana pada guru yang harus dibina. Ini berarti dalam setiap merencanakan dan memprogram supervisi akademik selalu diperlukan instrumen pengukuran. Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun kemampuan, bila berupa tes-tes tertentu yang secara valid dan reliabel bisa mengukur pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Khusus untuk mengukur kemampuan guru, karena lebih berbentuk performansi atau perilaku (behavioral), biasanya digunakan instrumen observasi yang mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah valid dan reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor. Apabila kepala sekolah ingin mengembangkan sendiri instrumen observasi maka disarankan agar merujuk kepada jenis-jenis kemampuan pembelajaran yang menang harus dimiliki oleh guru. Setiap jenis kemampuan yang dikembangkan dalam instrumen observasi harus disediakan skala pengukuran. Ada bermacam-macam skala pengukuran, misalnya skala tigas, skala lima, dan skala tujuh.

Apabila digunakan skala tiga, maka bentuknya menjadi tidak mampu (1) cukup mampu (2) dan mampu (3). Apabila diguna-kan skala lima, maka bentuknya menjadi sangat kurang mampu (1) kurang mampu (2) cukup mampu (3) mampu (4) dan sangat mampu (5). Nantinya apabila telah digunakan, maka semakin kecil skor kemampuannya (kategori kemampuannya) berarti semakin perlu dibina. Semakin rendah skornya berarti guru semakin tidak mampu mengelola proses pembelajaran.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI pernah mengembangkan

satu instrumen pengukuran yang disebut dengan Alat Penilaian Kemampuan

Guru (APKG). APKG ini merupakan instrumen yang kembangkan dan resmi

digunakan untuk mengukur kemampuan guru yang bersifat generic essensial.

Dikatakan generic karena kemampuan tersebut secara umum harus dimiliki

oleh setiap guru bidang studi apapun. Dikatakan essential karena kemampuan

tersebut merupakan kemampuan-kemampuan yang penting saja. Ini tidak berarti bahwa kemampuan yang lain tidak perlu melainkan masih sangat diperlukan hanya harus diukur melalui instrumen lainnya (Depdikbud, 1982).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar